Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2014

Ketika Perempuan/Bunda berganti peran.

Oleh : Rosi.Ochiemuh. Wahai Perempuan, apakah Anda pernah mengalami : Suami berhenti bekerja secara mendadak dari tempat kerja/mata pencahariannya? Wahai perempuan, pernahkah Anda ditinggal wafat suami tercinta atau sejak kecil sudah ditinggal wafat Ayahanda tercinta? Biasanya suamilah yang bekerja mencari nafkah, biasanya ayah yang bekerja. Dan biasanya kita para perempuan bergantung mata pencaharian sepenuhnya dari mereka laki-laki. Tapi jika takdir berkata lain, terpaksa peran seorang perempuan dan ibu menggantikan posisi laki-laki. Bekerja di luar rumah, mencari nafkah untuk membiayai kebutuhan hidup keluarga. Emansipasi perempuan bukan saja membebaskan perempuan untuk berkarier dan berkarya. Lihatlah zaman era globalisasi menjadikan zaman dengan persaingan hidup yang ketat. Emansipasi terjadi setelah revolusi Raden.Ajeng.Kartini “Habis gelap terbitlah terang”. Perempuan-perempuan Indonesia banyak yang bekerja diluar rumah dengan berbagai prinsip dan  pemikiran serta ke

Cerpen 01-sept-2014

Ketika Hak Tergusur Teriknya matahari tak membuat r atusan manusia itu penuh peluh. Serbuan hentakan air yang keluar dari selang itu mengguyur tubuh mereka berkali-kali. Membasahi tubuh mereka, tapi tak membuat langkah kaki pantang menyerah. Seperti pasukan semut yang datang mengerubungi tumpukan gula. Menghadapi beberapa pasukan satpol PP, dan pemadam kebakaran yang memegang selang. Kantor dewan di datangi ratusan demonstran, semua adalah warga yang menuntut hak dikembalikannya permukiman mereka. Terkena gusuran dari beberapa penguasa yang semena-mena. Atas nama kepemilikan lahan pemerintah dan pejabat daerah. Semua berjibaku, menampilkan keluhan dan kritikan lewat suara-suara sumbang dan juga beberapa spanduk-spanduk bertuliskan kearoganan sang penguasa. “Kakek! Biar Jupri saja yang ikut mereka!” Teriak Jupri dari balik rombongan yang akan segera berangkat menuju kantor dewan. “Kakek harus ikut! Bagaimanapun Kakek juga berhak menuntut mereka! Uang pergantian ini akan ki

Sendiri Di Renungan Hati

Sendirian itu bukan karena kau tak punya teman, Tapi karena kau tak pernah mau membuka tanganmu, menerima semua yang ada disekitarmu. Meskipun lelah dahulu berikan jemu, saat kau berusaha untuk berbaur. Karena berjuta duri tertancap dikalbu, hingga membuatmu ingin menyendiri. Menjauhkan dari semua yang mengingatkan masa lalu. Bukan berarti menutup diri bukan? Akh! Andai hatimu seperti mentari, at au bintang gemintang. Andai hatimu sekuat pohon beringin itu, Andai hatimu setegar batu karang, Andai hatimu seluas samudera.. Andai hatimu seluas langit... Kalimat-kalimat itu kurangkai dan dituliskan di status fb. Bukan tanpa alasan, hari itu aku merasakan sendiri. Meski dikelilingi anggota keluarga yang lengkap dan saling berhubungan. Mungkin perasaanku saja, karena tanpa disadari jauh dari anggota keluarga sebenarnya.  Sedikit mengalami keprihatinan hati, bagaimana aku, suami dan buah hati dimasa depan. Dijalani sajalah semua yang sudah terjadi, anggap ini adalah sebuah per

Mencoba Hal Baru

Bulan Agustus ini banyak sekali event-event kepenulisan yang dibuat oleh beberapa grup dan penerbitan indhie. Begitu semangat empatlimanya aku untuk mengikutinya, meski bermodal pengetahuan yang seadanya. Bermula dari mengikuti grup kepenulisan di facebook. Lalu mendapatkan teman-teman yang sesama hobi menulis. Dari merekalah aku mendapatkan ilmu literasi walau cuma seujung kuku. Sangat kecil bukan ilmunya, hehe.. semangat itu terus bertambah saat aku memiliki fasilitas internet. Dan membuat blog sendiri di google. Mendapat teman yang luas dari gogle juga berbagai bacaaan hasil karya mereka semua yang bagus-bagus sekali. Hampir minder diri ini ketika menghadapi berpuluh-puluh peserta event, mereka semua bagus-bagus karyanya. Dan hampir semua dari mereka adalah orang-orang yang sudah berpengalaman dalam bidang kepenulisan. Mereka banyak yang sudah punya karya sendiri, baik itu buku antalogi dan membuat novel keroyokan/bersama. Tapi kutepis semua dengan usaha yang keras. Belajar untu

Sesederhana Pemikiranku

Aku hanya seorang perempuan yang selalu berharap sederhana. Sesederhana ketika menerima apa yang sudah diberikan kedua orangtua. Sesederhana ketika harus menerima keadaan dan kondisi kedua orangtua. Namun juga tak menampik jika suatu waktu aku mendapatkan keberuntungan dan menciptakan keinginan yang sangat besar. Manusia memang tiada yang sempurna. Banyak juga yang mencari kesempurnaan, apalagi sekedar untuk mencapai cita-cita, rezeki dan jodoh. Semua merasa ingin menuntut kesempurnaan. Hingga mereka tersadar bahwa, tidak ada yang sempurna di dunia ini. Hanya ada kata melengkapi satu sama lain. Sederhananya hidup itu, jika selalu menanggapinya dengan bijak. Sederhana itu memang sesuatu yang istimewa, saat kita menjalankan sesuatu. Karena kesederhanaanku, tidak pernah tercapai cita-citaku yang besar. Pemikiranku terkadang sederhana dan merendah. Kedua orang tua yang sangat aku sayangi itu, adalah bagian dari pemikiran sederhanaku. Saat ingin memasuki jenjang pendidikan, terpikir ba

Puisi (Romantisku : I)

Romansa kasih Pancaran cahayamu tulus menghangatkanku Meremajakan hati yang hampir menua melewati dimensi waktu dengan cemburu Hingga kakiku tak dapat beranjak jua Bulir cinta tersemai menyerupai embun Tatkala sentuhan tetesan mata air telaga Telaga kasih yang pernah terciptakan Dengan riak-riak yang menggelora jiwa Duhai rembulan, Kunantikan kedatangannya malam ini Pekatnya tidak membuat takut jiwaku Sepinya tidak membuat senyap kalbu Karenanya bahagia mengalir di dadaku Duhai mentari, Kunantikan dia disetiap pagi dan siang Teriknya tidak membuatku takut mengering Silaunya tidak membuatku takut memandang Karena kelembutannya kalbu ini tenang Mengalir dalam cawan-cawan cinta Merupa berbagai warna dan ceria berseri merenda kasih yang membuncah Hanya kau saat ini berpadu kasih Oleh:Rosi.Ochiemuh, (Cikarang:19-Agustus-2014)

Hanya Karena Tema

Menulislah dengan hati, kata para teman-temanku yang senang menulis dari Fb. Membaca sebuah lomba membuat tulisan, terkadang terkendala oleh tema. Saat sebuah event menulis yang di adakan para penerbit dan grup-grup tentang menulis, pastinya mereka berhak menentukan event. Tema menjadi pokok utama dalam menulis. Juga feature seperti kata senior saya, mas Agung Pribadidua dalam sebuah tulisan di-artikelnya. Dan menurut saya, menulis dengan mendahulukan tema itu malah lebih baik. Lebih tertata rapi ide yang akan dituangkan. Tetapi tidak sedikit yang menjadi kendala, ketika tema yang di usungkan tidak sesuai dengan gaya dan ide kepenulisan kita. Dalam sebuah lomba menulis, sering juga yang menampilkan kriteria tentang peraturan dan batas-batas menulis. Sehingga membuat setiap penulis pemula seperti saya hanya terfokus pada tema, dan satu bahasan untuk dikembangkan menjadi tulisan. Seperti menghambat ide kreatifitas. Tapi yang menyelenggarakan event atau lomba-lomba tersebut mungk