Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2015

Puisi_rosi_2

Wanita Seribu Rupa. Genggaman tanganmu menghamparkan cinta berbagai hamparan kehidupan berjelaga menghias dunia langit pun memujimu, makhota indah dijanjikan Surga di hamparkan luas untukmu Janji-Nya untukmu, pabila besar jiwamu Senyummu menyimpan kesedihan Tangisanmu tergambar jutaan kehidupan Tawamu menyimpan banyak warna bahasa cintamu berjuta makna mendalam tak pernah tenggelam abadi sepanjang zaman melimpah rahmat sepanjang masa dari rahmat-Nya, Kasih sayang-Nya Sabarmu sekuat baja Cintamu semulia Nirwana Engkaulah wajah seribu rupa Ibu, lambang cinta sepanjang masa Cibitung, 15-Maret-2015, Rosi.Ochiemuh.    

Puisi_rosi-I

Pada langit yang tidak kunjung memuai Meneteskan titik permata di tanah kerontang menadah pandangan buram yang lalai keruh melepuh tiada cemerlang Kadang sinar mentari menohok garang silaunya membutakan terangnya menyilaukan hingga berapi-api berubah arang Dia, mereka, bagai safana datang menabur bubuk kemarau menciptakan kekeringan, tiap langkahnya entahlah, mungkin cuma nuraniku Kini langit semakin gersang mentari semakin menantang tanah pertiwi makin kerontang tiada setetes mata air kasih sayang dan nuaranipun menghilang melanglang mencari tempat tak berpenghalang.. Cibitung, 15-Maret-2015, Rosi Ochiemuh.  

Lupa Berpuisi.

Semakin kemari, kenapa aku tidak bisa membuat puisi lagi? Padahal dahulu sejak pertama menulis, aku lebih suka menulis puisi daripada fiksi. Puisi kutulis bersama curhatanku dalam buku diary sejak sekolah menengah pertama. Ada sesuatu yang membuat hati ini lega saat menuliskannya Tentang menulis fiksi, aku mulai suka sejak tamat sekolah menengah umum. Itu terjadi karena sering membaca cerpen di koran dan majalah. Rasanya senang banget yah, jika aku bisa menuliskan cerita pendek karanganku sendiri dan dibaca orang banyak. Lalu saat melakukan tugas dari guru bahasa indonesia, yakni meresensi buku novel rekomondasi dari beliau. Buku novel karya Mira.W dengan tiga judul. Masing-masing harus memilih satu judul untuk di resensi. Aku terpaksa meminjam di perpustakaan sekolah, membacanya dan menuliskan resensi itu dengan mengetik di komputer. Sejak itu juga aku suka dengan cerita-cerita novel.  Ketika menuliskan apa yang ada dibenak kita, rasanya ada oase tersendiri. Ini lebih menantang

Antara Ibu dan Berhalamu.

Aku lebih baik mengikuti nasehat ibu yang salat lima waktunya taat, yang dekat sama Allah SWT. Ketimbang mengikuti nasehat teman dan orang-orang yang belum tentu mengerti diri kita sepenuhnya atau baru mengenal beberapa tahun saja. Bukan karena takut di cap sebagai anak durhaka, tetapi takut akan azab-Nya. Ibu yang dekat dengan Allah SWT, ucapannya makbul, keluhannya didengarkan dan sakit hatinya menjadi laknat Allah SWT. Apalagi jika anaknya sering menyakiti hatinya dan belum sempat meminta maaf hingga ke liang lahat. Maka kehidupan sang anak akan mengalami kesengsaraan di dunia. Sumpah serapahnya jadi azab yang pedih. Rasulullah.Saw pun mengingatkan berkali-kali tentang ini dalam hadistnya, ibumu, ibumu, ibumu. Sudah banyak bukti di dunia ini. Anak-anak yang lupa pada ibunya, menyakiti perasaan ibunya, menelantarkan ibunya, hidup mereka hancur berantakan dan tidak berkah. Itu baru di dunia azab dari-Nya, bagaimana dengan di akherat nanti balasannya? Pasti sangat perih siksa dar

Tak Lekang Waktu.

Memulai berumah tangga adalah sesuatu hal yang menakjubkan untuk di lakukan.  Sesuatu yang sangat spesial dalam hidupku.  Berumah tangga dan mulai hidup bersama. Aku mulai mengenal suami dan keluarganya serta cara kehidupan mereka. Dimulai dari ibu mertua.  Sebelum menikah,  aku telah lebih dulu mengenal beliau.  Mengenal beliau saat sering ikut shalat tarawih di mushala. Seringnya bertemu membuat kami menjadi kenal satu sama lainnya. Setelah menikah dengan anaknya pun, aku semakin dekat dengannya. Keegoan dari sikap dan sifat masing-masing mulai terlihat. Beliau memang seorang ibu yang luarbiasa.  Meski kadang sedikit egois, tapi kasih sayangnya tak pandang bulu. Aku yang hanya seorang menantu, selalu bak ratu yang diperhatikan dengan baik. Saat ingin berhenti kerja karena hamil, dia selalu berusaha untuk membujukku agar tetap bekerja. Alasannya karena pekerjaan suamiku yang tidak tetap.  Tetapi meski terdengar egois, beliau selalu memberikan perhatiannya padaku layaknya anak sendi