Jelang senja telah mengajakku untuk tuliskan sesuatu. Tentang senja lainnya selepas aku tersesat pada buku "Sepotong Senja untuk Pacarku" karya SGA. Di sana aku terhanyut pada potongan senja yang komplit seukuran kartu pos. Untuk zaman now saat ini mungkin anak-anak remaja tidak familiar dengan kartu pos. Tapi di zaman sekolahku dulu kartu pos masih jadi primadona meski perlahan beralih rupa digunakan untuk mengisi undian berhadiah, bukan surat bersyarat. Senja di tempatku berpijak saat ini tak seindah cerita di Sepotong Senja untuk Pacarku. Jauh sekali perbedaannya. Di tempatku ini tempat yang hiruk-pikuk jamahan polusi kendaraan berteknologi maju. Polusi bergulat dengan polusi. Maksudku, polusi kendaraan bergulat dengan polusi gedung pabrik-pabrik industri beragam. Hingga tak akan pernah bisa menemukan senja yang utuh dan indah. Terkadang di tempatku, senja itu dimakan oleh gedung-gedung menjulang dan kabut asap polusi hingga warnanya tak sejingga pesona yang kubaca di b
Jika isi kepalamu sedang penuh, maka menulislah. Karena menulis adalah berbicara dengan diam dan pemikiranmu berjalan tertuang.