(Pertama kali dipublikasikan di koran Radar Mojokerto (Grup Jawa Pos). Edisi Minggu, 29 April 2018) Perempuan berpayung hitam itu ziarah ke makam salah satu anaknya yang mati dan beruntung dimakamkan. Anak-anak lain entah ke mana. Ada yang mati di kloset, kotak sampah, dalam kardus di semak-semak, jauh dari permukiman warga. Tidak ada yang tahu selain ia dan Tuhannya. Di bawah sinar purnama ia belai makam kecil yang papan nisannya tertulis Fulanah binti Jumiati. Masih teringat ia akan kelahiran bayinya itu. Ia merasa jadi perempuan normal bisa mengandung sembilan bulan. Tadinya ia yakin bayi itu akan membawanya pada kehidupan lebih baik, tidak lagi jadi perempuan pinggir jalan dengan riasan menor menjajakan diri tiap malam. Saat rasa mulas sempurna, tidak sadar cairan ketubannya pecah. Sampai dimana Mak Edo—tetangganya berteriak mendapatinya lalu membawanya ke rumah sakit. Selepas operasi sesar, bayinya tidak menangis. Bayi itu tersenyum kaku dengan tubuh montok seputih salju. Dokt
Jika isi kepalamu sedang penuh, maka menulislah. Karena menulis adalah berbicara dengan diam dan pemikiranmu berjalan tertuang.