SARINAH BERSAMAMU Oleh : Rosi Ochiemuh. / Ibu. Di langit-langit kamar selalu saya pandangi dengan dalam, ketika kesedihan melanda. Napas seakan sesak dirasa. Kenapa hidup saya seperti ini yang selalu tertoreh air mata, berpoles warna kelabu? Betapa sesaknya dada saat anak saya melukai hati dengan sikapnya. Begitu tidak pedulikah dia pada perempuan tua ini. Anak lelaki saya seperti sedang menghukum ibunya. Saya merasa dihukum oleh dia atas kelalaian selama ini menjadi orang tua. Bangun tidur yang dipanggilnya bukan ibu, melainkan nama perempuan lain. “Bibi Sarinah! Kemana dirimu?” gumam anak lelaki saya. Dia memanggil nama orang lain di hadapan saya. Betapa kesalnya hati. Siapa yang selama ini telah melahirkanmu, Nak? Merawatmu dan menafkahkanmu? Kalau bukan saya siapa, Nak? Keluh dalam hati yang semakin menjadikan ocehan ini begitu panas di dada. Padahal saya sudah menyiapkan keperluannya. Mulai dari pakaian kerjany
Jika isi kepalamu sedang penuh, maka menulislah. Karena menulis adalah berbicara dengan diam dan pemikiranmu berjalan tertuang.