Menulis adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk menyapa, suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain, entah di mana.
Kutipan;
Seno Gumira Adji Darma.
Alasan saya menulis, salah satunya ada dalam kutipan kalimat tersebut. Kutipan Penulis Besar, Pak Seno Gumiara Adji Darma yang saya ambil dari sembarang internet. Menulis adalah suatu cara untuk bicara. Benar, jika untuk bicara langsung dengan orang lain atau orang banyak tidak semua orang bisa melakukannya dengan baik. Termasuk saya, salah satu cara untuk menyampaikan perihal pemikiran, imajenasi dan perasaan, saya beranikan dengan tulisan.
Menulis cara paling luas dan lebih dekat untuk menyampaikan sesuatu kepada orang yang ingin kita sentuh. Perorangan, kelompok atau seluruh umat manusia di dunia ini. Saya suka menulis karena tidak pandai berbicara dengan orang lain. Melalui tulisan isi dari pemikiran saya, penyampaian tentang keresahan yang terekam di otak bisa dituangkan ke dalam kertas atau media lainnya dan dibaca orang.
Teknologi dan kemajuan zaman sudah memudahkan kita untuk bisa menyampaikan pesan dan pendapat ke berbagai publik dengan menulis. Saya dengan mudah bisa menulis pemahaman dan pendapat saya baik di media sosial dan media cetak. Jalan satu-satunya saya harus menulis cerita fiksi melalui cerita pendek dan cerita bersambung. Menceritakan berbagai hal tentang kehidupan yang saya tangkap dari lima panca indera ini. Oleh karena itu menulis bisa membuat saya lega, bahagia, punya aktivitas berbeda dari rutinitas setiap hari yang menjemukan.
Saya tadinya sulit untuk mulai menulis, atau bercerita karena belum mengarti tata cara menulis yang benar. Media sosial seperti facebook menjadi jalan saya untuk belajar bagaimana sedikit-sedikit bisa menulis dengan benar. Terutama saya sejak sekolah dasar lebih suka pelajaran mengarang cerita.
Sejak mengikuti pelatihan belajar kelas menulis online gratis dari beberapa grup menulis, saya mendapat teman-teman penulis, berkawan dengan mereka di facebook. Saling bertukar pengalaman tentang kegiatan menulis, dan info lomba menulis yang diadakan dari penerbit indie dan penerbit mayor. Bermodal tekad yang kuat berusaha untuk bisa terus menulis. Saya sering mengikuti lomba menulis cerpen (cerita pendek) dan merasa sedikit puas meski hanya masuk kontributor event dan cerpen saya ikut dibukukan bersama peserta kontributor lainnya.
Lalu mencoba ke ranah media massa, koran. Saya coba kirim cerpen ke koran lokal Radar Mojokerto dengan mendapatkan alamat dari teman penulis di facebook. Akhirnya pertama kali cerpen saya dimuat di koran Radar Mojokerto dengan ilustrasinya. Betapa bahagianya cerpen saya dimuat di koran lokal wilayah Mojokerto. Tulisan pertama yang merambah ke koran dan dibaca orang-orang di sana. Saya coba kirim lagi dan lagi. Beberapa ada yang dimuat di koran-koran daerah, beberapa banyak yang tidak dimuat.
Akhirnya saya kumpulkan cerpen-cerpen yang saya tulis selama kurun waktu dua tahun. Yang dimuat di koran dan yang tidak dimuat menjadi sebuah buku kumpulan cerpen berjudul Sesuatu di Kota Kemustahilan, diterbitkan di penerbitan indie.
Sejak itu saya berusaha untuk terus menulis, meski harus belajar lagi dan lagi. Karena setiap saat kita perlu pelatihan yang intens jika ingin terus menulis. Bukankah manusia mati akan meninggalkan nama? Tentu tulisan yang kita buat itu akan mengingatkan orang pada nama kita, ketika membacanya.
Menulislah, sampaikan apa yang seharusnya disampaikan dengan tulisan. Jika ada rintangan dalam melakukannya tetap semangat. Terus latihan belajar untuk menulis karya yang terbaik dan bermanfaat.(*)
“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Catatan Pringadi bekerja sama dengan Tempo Institute”.
Menulislah, maka orang bisa memahami caramu berpikir. Gitu, ya, mbak? Hehe
BalasHapusSalam semangat!
💖💖💖
BalasHapus